There has been a significant technological evolution in the drilling industry during the past 30years. The early platforms on the Norwegian Continental Shelf were designed for wells with a reach of 3 km from the platform. To cover a large reservoir often several platforms were required. Examples are Statfjord A, B and C, and Gullfaks A, B and C. As these platforms were very expensive, alternative solutions were pursued such as subsea installations and extended reach wells. Today it is possible to reach targets 12 km from the platform. One new platform can replace three old platforms from a reservoir coverage point of view.
Unit Mud Logging Adalah (Pengertian dan Fungsi)
Drilling Kampus Mud logging Mudlog vandi- Mengambil sampel serbuk bor (cutting) dan menganalisanya (jenis formasi batuan atau litologi), apakah batuan mengandung hidrokarbon, yang output dibuat dalam bentuk mud log dan presure log.
- Mengamati dan mengukur kadar gas (dengan alat gas chromatograph) yang terkandung atau terbawa di dalam lumpur pengeboran.
- Mencatat dan merekam semua parameter selama aktivitas pengeboran , catatan dan rekaman pengeboran ini sangat penting bagi rekan company man, drilling engineer dan geologist, karena data tersebut merupakan representatif dari lubang sumur
- Dalam situasi sumur yang sedang bertingkah aneh - aneh biasanya engineer mud logging unit akan mengetahui terlebih dahulu melalui peringatan dari instrumen (sensor - sensor) yang ada di mud logging unit. Setelah itu biasanya engineer akan memberitahu driller atau mud engineer atau pihak - pihak terkait lainnya untuk memverifikasi tentang apa yang mungkin sedang dihadapi selama aktivitas pengeboran
- Menganalisa masalah lubang dengan data parameter yang sudah terekam.
- Memeliharaan dan perbaikan instrumen (sensor - sensor MLU).
- Membuat laporan harian mengenai aktivitas selama pemboran berlangsung dilapanagan tersebut.
- Membuat dan mengatur informasi data parameter dalam bentuk laporan akhir pemboran lubang sumur tersebut secara teknis.
- Menghitung optimasi hidrolika optimum dan baik, perencanaan sistem hidrolika yang tepat dapat menurunkan kemungkinan terjadi masalah lubang sumur dan mempercepat laju pengeboran.
- Kedalaman
- RPM (Rate per Minute)
- WOB (Weight of bit)
- ROP (Rate of Penetration)
- GPM Lumpur
- Tekanan Pipa
- Torsi
- Hook load (beban pipa)
- Komposisi Gas
- Total volume pit
- Volume penambahan atau penguranan lumpur
- Draw work sensor (Menghitung : Depth, WOB & ROP)
- Heavy sensor (Depth correction sensor on floating rigs)
- Pressure sensor (Menghitung : SPP & WHP)
- Rotary Torque Sensor (Menghitung : TRQ)
- Proximity sensor (Menghitung : RPM & SPM, Tipe : Fixed & Moveable)
- Mud Flow Paddle (Menghitung : Aliran Lumpur dalam Casing)
- Pit Level Sensor (Menghitung : Mud pit level, tipe : Floater & Sonic)
- Electromagnetic Flowmeter (Menghitung : Mud Flow in & out)
- Temperature Sensor (Menghitung : Temperatur lumpur in & out)
- Density sensor (Menghitung : Density lumpur)
- Resistivity Sensor (Menghitung : Resersistivity Lumpur)
Tugas Seorang Drilling Engineer
Drilling Drilling Engineer Jobdesc Kampus vandiSecara umum tugas atau job desc dari seorang drilling engineer
Trayektori Lubang Sumur
Desain BHA (Bottom Hole Assembly)
Pemilihan Pahat (Bit)
Desain Lumpur
Parameter Pemboran
- Faktor lingkunan seperti kedalaman, properties formasi, tipe lumpur, density lumpur, tekanan lumpur, ukuran bit,
- Faktor terkendali seperti perencaan bit, beban pada bit (weight of bit), kecepatan putar, laju alir, hidrolika mata bor, ukuran nozzel bit, geometri motor
Perencanaan Logging
Desain Casing
Desain Penyemenan
Rencana kebutuhan material pemboran
Komplesi
Selain tugas teknis, Drilling Engineer juga memiliki tugas non teknis seperti :
- Menyiapkan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) serta dokumen-dokumen kontrak yang berhubungan dengan pekerjaan pemboran.
- Menyiapkan Rencana Kebutuhan Material (RKM) sumur pemboran.
- Menyiapkan dan melaksanakan Technical Meeting.
- Menyiapkan dan melaksanakan Pre Spud Meeting.
- Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pemboran dengan aktif sehingga program pemboran dilaksanakan dengan baik.
- Mengevaluasi kinerja pemboran sebagai pembelajaran untuk rencana pemboran sumur berikutnya.
- Memonitor agar pelaksanaan pemboran berwawasan keselamatan lingkungan
- Menyiapkan ”contigency plan”bila terjadi penyimpangan dari rencana program pemboran.
- Berorientasi kepada optimalisasi biaya pemboran
Leak Off Test (LOT) Adalah
Drilling Kampus Leak off test LOT vandiLeak off test adalah tes yang dilakukan untuk menentukan tekanan formasi atau tekanan rekah formasi, biasanya dilakukan segera setelah pengeboran di bawah casing shoe yang baru. Selama pengujian, sumur ditutup dan fluida dipompa ke dalam lubang sumur secara bertahap untuk meningkatkan tekanan di dalam formasi. Pada tekanan tertentu, fluida akan memasuki formasi, atau bocor, baik bergerak melalui jalur permeabel di dalam batuan atau dengan menciptakan ruang dengan memecah batuan.
Kenapa perlu dilakukan leak off test pada formasi
- Untuk menemukan tekanan rekah formasi dan mengkonversi menjadi penentuan mud weight maksimum yang dapat digunakan pada bagian lubang yang akan dibor.
- Mengetahui bahwa gradient rekah pada casing shoe tidak selalu menjadi titik terlemah.
- Menententukan apakah casing shoe perlu di-squezze
- Menententukan tekanan horizontal minimum
- Mengurangi risiko terjadinya lost circulation
- Menunjukan titik kalibrasi untuk memperkirakan gradien rekah sepanjang kedalaman lubang bor
- Menunjukan data untuk perhitungan stabilitas pengeboran
- Memberikan data yang diperlukan untuk desain injeksi waste disposal
- Memberikan data yang dibutuhkan untuk desain stimulasi fracturing dan completion
BACA JUGA
Prosedur Ringkas dari Metode Leak off test
- Bor sampai di bawah casing shoe kurang lebih 10 ft formasi baru
- Sirkulasi lubang bor dengan lumpur sampai memiliki density yang homogen
- Tarik bit di dalam casing shoe, siram pipa permukaan
- Tutup BOP
- Mulai mencatat data tekanan dan volume minimal sampel setiap 1/4 barel yang dipompakan
- Pompa dengan kecepatan konstan dengan unit semen
- Pompa sampai 1 menit setelah kerusakan formasi terjadi
- Tutup sumur dengan katup pada unit semen dan catat penurunan tekanan selama 10 menit atau sampai tekanan konstan selama 2 menit
- Alirkan kembali dengan cara yang terkontrol hingga 5 bar (70 psi) dalam tekanan tertutup
- Catat volume Bleed Back
- Matikan katup Bleed off dan ulangi langkah 8 - 10
- Bleed back dengan cara yang terkontrol
- Catat Volume Bleed back kembali
- Bleed off pressure dan buka sumur kemudian jalankan kembali aktivitas pemboran
Casing Pemboran Minyak
Casing Casing Drilling Drilling KampusDefinisi Casing Pada Pemboran Minyak
Casing adalah suatu pipa baja yang di letakan ke dalam lubang sumur pemboran minyak yang bertujuan untuk melindungi lubang sumur dari berbagai ketidak stabilan yang terjadi di dalam lubang sumur pemboran.
Casing merupakan material termahal pada sebuah sumur, sehingga casing yang digunakan ini investasinya cukup besar. Pemilihan ukuran casing, berat, grade dan type threadnya merupakan masalah yang paling penting dipandang dari segi engineering.
Fungsi Casing Pemboran
Secara umum casing dalam pemboran memiliki fungsi sebagai berikut
- Mencegah runtuhnya dinding sumur
- Mencegah terkontaminasinya air tanah terhadap lumpur pemboran
- Menutup zona lost atau zona rekah
- Mengisolasi dari zona bertekanan abnormal
- Mencegah kontak langsung antara sumur dengan formasi yang ditembus
- Membuat diameter sumur tetap
- Sebagai dudukan untuk BOP dan Peralatan produksi lainnya
Susunan Casing pemboran
1. Conductor Casing
- Pipa selubung pada tanah yang lembek atau lunak seperti di rawa-rawa atau lepas pantai (sering disebut stove pipe).
- Mencegah rusaknya struktur tanah di dasar menara bor
- Melindungi drillstring dari air laut saat di Offshore
- Melindungi casing-casing berikutnya dari korosi
- dapat juga digunakan untuk menyangga beban wellhead di lokasi dimana dukungan tanah tidak kuat.
2. Surface Casing
- Melindungi dari air tanah agar tidak terkontaminasi
- Menutup unconsolidated formation dan zona-zona lost circulation.
- Sebagai tempat dudukan peralatan BOP
- Melindungi/menjaga “build” section pada sumur berarah.
- Menyediakan tempat untuk melakukan “leak-off test”.
- Mempertahankan kestabilan lubang bor
- Melindungi zona-zona lemah dan secara tidak langsung
- Mengontrol kick
- Menyanggah berat semua rangkaian casing ketika di run di bawah surface casing
3. Intermediate Casing
- Menutup zona-zona yang akan menimbulkan masalah dalam pemboran (gas zones, lost circulation zones, dll
- Melindungi pada formasi yang bertekanan abnormal.
- Menghindari lost circulation atau stuck pipe pada formasi yang lemah.
- Mengisolasi zona garam atau zona yang menyebabkan problem, seperti heaving dan sloughing shale.
4. Production Casing
- Mengisolasi zone produksi dari formasi yang lainnya
- Memproteksi peralatan tubing produksi
- Menyediakan tempat berkumpulnya fluida yang akan diproduksi.
- Menghubungkan formasi produksi dengan permukaan.
- Menyediakan tempat untuk alat bantu produksi (submersible pump).
5. Liner
- Menghemat biaya aktivitas pemboran
- Mengontrol gradien tekanan atau fracture.
BACA JUGA :
Ukuran Casing Pemboran
Spesifikasi Casing Pemboran
Menurut Adams, J Neal, beberapa spesifikasi casing yang perlu diperhatikan adalah : Diameter, BeratNominal, Tipe Sambungan, Grade serta Length Range.
Diameter
Casing mempunyai tiga macam diameter, yaitu Diameter luar (OD), Diameter dalam (ID), dan Drift diameter. Drift diameter adalah dimeter maksimal suatu benda yang dapat dimasukkan kedalam casing. Drift diameter lebih kecil dari diameter dalam (ID). Diameter ini untuk menentukan diameter bit untuk melanjutkan pemboran setelah terpasang suatu selubung (casing). Diameter casing diukur pada body casing, bukanlah pada sambungan casing atau pada coupling casing.
Berat Nominal
Berat nominal suatu casing menyatakan berat rata-rata casing beserta couplingnya per satuan panjang. Pada umumnya, berat nominal casing dinyatakan dalam satuan pounds per foot (lbs/ft)
Tipe Sambungan / Coupling
Casing biasanya memiliki bagian yang disebut thread dan coupling. Thread adalah ulir yang terdapat pada bagian luar dari kedua ujung casing, sedangkan coupling adalah alat penyambung yang memiliki ulir di bagian dalamnya. Casing mempunyai tiga macam tipe sambungan, yaitu :
- Round Thread and Coupling, mempunyai bentuk ulir seperti V, dan mempunyai 8 sampai 10 ulir per inch. Tipe sambungan ini ada dua masam, yaitu Long Round Thread & Coupling (LCSG) dan Short Rount Thread & Coupling (CSG). Long thread & Coupling mempunyai tension strength 30% lebih kuat dari Short thread & coupling.
- Buttress Thread and Coupling (BCSG), sambungan ini mempunyai bentuk ulir seperti trapezium dan mempunyai 5 ulir per in. Buttress thread and coupling digunakan untuk tension load yang lebih besar, atau untuk rangkaian selubung atau casing yang panjang.
- Extreme Line Casing, sambungan ini mempunyai thread yang menyatu dengan body casing. Bentuk thread atau ulirnya berbentu trapezium atau square, dan mempunyai 5 ulir per in. Extreme line casing yang disebutkan diatas mempunyai ketahanan yang besar terhadap kebocoran. Diameter yang mempunyai 5 ulir tiap inch, adalah untuk ukuran 8 5/8 inch sampai 10 ¾ inch. Sedangkan untuk diameter yang lebih kecil dari 7 inch, mempunyai 6 ulir per inch.
Grade
Length Range
Pembebanan Pada Casing Pemboran
1. Tekanan Collapse (External Pressure)
Karena external pressure diangggap sama dengan tekanan hidrostatik lumpur, maka tekanan terbesar yang datangnya dari luar berada di dasar lubang. Dengan ini perencaaan casing yang terkuat dipasang pada bagian bawah.
Pembebanan Collapse |
2. Tekanan Burst (Internal Pressure)
IP = 0.052 x (Gf + Ni) x D
dimana :
Gr = gradien tekanan rekah, ppg
Ni = safety faactor, ppg
D = kedalaman, ft
Dalam perencanaan casing, dipilih casing yang mempunyai kekuatan menahan internal pressure (disebut internal yield pressure) lebih besar dari interval pressure tersebut, yaitu :
Pi = Pint x Ni
dimana :
Pint = internal pressure, psi
Ni = desain faktor
3. Beban Tension
Setiap sambungan pada casing harus mampu menahan berat rangkaian casing di bawahnya dan beban tarik (tension load) terbesar terjadi pada bagian paling atas dari rangkaian. Bagian terlemah terhadap beban tarik ini adalah pada bagian sambungan atau joint, sehingga beban yang ditanggungnya disebut juga dengan joint load. Kekuatan casing dalam menahan suatu beban tarik atau joint load disebut dengan joint strength.
Untuk menentukan harga kekuatan casing dalam menahan beban tarik, API menganjurkan rumus-rumus empiris sebagai berikut
Untuk casing round thread dengan ST&C
Fjs = 0.80 x Cs x Aj x (33.7 - de) x [24.45 + 1/(t-h)]
Untuk casing round thread dengan LT&C
Fjs = 0.80 x Cs x Aj x (25.58 - de) x [24.45 + 1/(t-h)]
dimana:
Fjs, Fjl = Joint strength minimum. Lb
Cs, C1 = konstanta untuk casing yang bersangkutan, dari tabel
Aj = luas penampang melintang dinding casing pada lingkar sempurna ulir yang terkecil (Root thread area), in3.
de = diameter luar (OD) casing, inch
t = kebalan dinding casing, inch
h = tinggi ulir, inch (pada round thread = 0.0715 inch)
0.80 = angka perubahan joint strength rata-rata ke harga joint strength Minimum
Joint load suatu casing, dengan mengabaikan faktor pelampungan (bouyancy factor), dapat dicari dari berat casing yang menggantung pada sambungan yang menahannya, yaitu
W = Bn x L
W = tension load. Lb
BN = berat nominal Casing, lb/ft
L = pajang casing yang menggantung, ft
Dalam perencanaan casing, digunakan casing yang mempunyai FJ lebih besar dari W, yaitu :
F = W x Nj
Nj = harga desain factor.
Berdasarkan data statistik, harga Nj yang digunakan dalam perencanaan casing berkisar antara 1.6 – 2.0.
4. Beban Biaxial
Pcc = y x Pc
Pcc = collapse resistance yang telah dikoreksi, psi
Pc = collapse resistance yang belum dikoreksi, psi
Y = yield strength rata-rata, psi