Oil Price Merupakan Harapan

Konten [Tampil]

https://static01.nyt.com
            Hampir tiga tahun kini dunia perminyakan telah dilanda badai besar yang sampai kini pun belum berhasil mengembalikannya seperti semula. Harga produksi lapangan hulu migas mengalami penurunan yang amat sangat menyakitkan sejak 2014 silam dimana semula harga berada pada kisaran hingga 120 USD/barrel kini hanya berkisar diantara 50 – 60 USD/barrel bahkan sempat berada pada titik  30an USD/barrel.


            Penurunan harga ini tentu saja bukan tanpa alasan. Alasan paling berpengaruh ialah dampak dari eksplorasi shale gas oleh United State. Amerika serikat saat ini memiliki cadangan shale gas yang amat besar. Shale gas yang produksikan juga dijual secara murah sehingga memengaruhi ekspor dari negara negara penghasil utama minyak. Selain itu juga, dunia dewasa ini sudah ingin beralih dari energi fosil menuju energi yang lebih modern dan terbarukan serta ramah terhadap lingkungan. Isu politik dunia pun turut serta dalam memengaruhi keseimbangan minyak dunia. Negara penghasil utama minyak bumi di timur tengah akhirnya memproduksikan minyak bumi tanpa membatasi hingga menyebabkan kelimpahan supply minyak di dunia. Untuk menghindari harga minyak jatuh terlalu dalam, negara yang tergabung dalam OPEC akhirnya melakukan perundingan untuk membatasi produksi minyak. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan supply and demand. Namun, usaha yang dilakukan OPEC hanya meningkatkan harga berkisar antara 50 – 60 USD/barrel.

            Penurunan harga minyak membawa dampak besar bagi bisnis industri hulu migas, negara, hingga perorangan. Penurunan ini menyebabkan perusahaan – perusahaan yang bergerak di bidang hulu migas harus melakukan effeciency. Dalam artian harus mengurangi pemborosan yang umumnya sering terjadi dikala harga minyak berada di kisaran angka tertinggi. Efesiensi yang dilakukan bukan hanya di bidang asset teknikal, engineer yang bertugas di beberapa perusahaan hulu migas pun ikut “di rumahkan”.
https://oilprice.com/oil-price-charts
            Sudah hampir tiga tahun sejak badai dimulai hingga kini pun kita belum mengetahui sejauh mana badai ini akan terus berlanjut, apakah badai ini bisa hilang atau kita yang harus terus bertahan dilanda terpaan yang luar biasa. Tidak ada yang tahu kapan harga minyak dapat memuncak kembali dari harga ini. Hal ini tentu tergantung dari aktivitas energi, ekonomi dan politik yang ada di dunia, permintaan dunia akan produksi yang dihasilkan oleh industri hulu migas.

            Saya meyakini bahwa industri migas tetap akan kembali ke puncak dalam beberapa tahun ke depan. Kebutuhan energi global merupakan faktor utamanya.  “Masa depan akan membutuhkan lebih banyak energi”, mantan direktur shell oil US John Hofmeister mengatakan hal demikian. Setiap tahun memang kebutuhan energi nasional hingga global terus bertambah. Migas akan tetap menjadi sumber utama energi di masa depan dengan demand yang lebih besar.  BP Outlook Energy menyatakan permintaan energi global akan meningkat 30 persen pada tahun 2015 hingga 2035, dengan peningkatan rata-rata 1,3 persen per tahun. Meskipun dimasa depan energi non – fossil akan bergerak naik, namun migas akan tetap menjadi sumber energi yang mendominasi.

            Dengan peningkatan Demand di masa depan, optimisasi oilprice mendatang akan memberikan sedikit harapan untuk dapat menggiatkan kembali industri hulu migas yang menjadi hajat hidup orang banyak. Namun tetap aktivitas dari negara yang tergabung dalam OPEC khususnya Timur Tengah menjadi faktor yang akan menentukan bagaimana keberlanjutan industri ini.

Referensi :
Mengapa perusahaan minyak dibenci – John Hofmeister

Share this

Previous
Next Post »
Give us your opinion