Konten [Tampil]
Industri hulu migas merupakan kegiatan industri migas yang terdiri dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Kegiatan eksplorasi dimaksudkan untuk menemukan cadangan baru yang secara umum terdiri dari proses studi geologi, geofisik, seismik hingga tahap pemboran eksplorasi. Sedangkan kegiatan eksploitasi merupakan kegiatan memproduksikan cadangan migas yang ada pada reservoir untuk kemudian diangkat ke permukaan dan diproses untuk selanjutnya diolah oleh industri bagian hilir migas.
Kegiatan industri hulu migas saat ini tengah menghadapi tantangan yang sangat serius. Sejak terjadinya penurunan harga minyak 2014 silam perusahaan mulai melakukan effesiensi. Hal ini menyabkan terjadinya penurunan jumlah pemboran eksplorasi yang berdampak pada jumlah cadangan yang kian lama kian menipis. Cadangan adalah jumlah hidrokarbon yang diperkirakan dapat diproduksikan ke permukaan secara komersial pada waktu mendatang dari akumulasi hidrokarbon yang telah diketahui. Cadangan dalam industri hulu migas di bagi lagi berdasarkan SPE/WPC tahun 1997 menjadi cadangan terbukti dimana pada klasifikasi ini cadangan tingkat kepastian adalah lebih dari 90% bisa diproduksikan ke permukaan, cadangan mungkin dimana pada klasifikasi ini tingkat kepastian 50% bisa di produksikan sedangkan terakhir adalah cadangan harapan dimana hanya memiliki tingkat kepastian sebesar 10%.
Menurut data Dirjen Migas bahwa jumlah cadangan terbukti minyak dan gas di Indonesia per Januari 2016 adalah 3,3 miliar barel dan 101,2 triliun kaki kubik atau 0,2% dan 1,5% dari jumlah total cadangan minyak dan gas dunia. Jumlah demikian sangatlah kecil mengingat jumlah konsumsi migas di Indonesia dua kali lebih besar daripada jumlah produksinya atau sekitar 1,6 juta barel. Peningkatan produksi perlu dilakukan, dari sisi ekonomi jika harga minyak kembali naik maka jumlah dana yang dikeluarkan APBN dalam rangka menjaga stabilitas migas menjadi semakin besar. Untuk menaikan jumlah produksi perlu dilakukan eksplorasi guna mencari cadangan baru.
Jumlah cekungan yang terdapat di Indonesia cukup banyak, berdasarkan penelitian geologi dan geofisika telah mengidentifikasi, 60 cekungan sedimen tersier tersebar di seluruh Indonesia, dimana 70% terletak di lepas pantai dan lebih dari setengahnya berada di laut dalam (deepwater).
Deep water merupakan tantangan lain untuk memperbesar jumlah cadangan migas di Indonesia. Dari jumlah cekungan yang telah disebutkan, cekungan yang saat ini belum dieksplorasi adalah cekungan yang berada pada laut laut dalam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa Indonesia saat ini belum berani untuk mengeksplorasi daerah tersebut diantarnya adalah Teknologi. Teknologi yang masih belum mumpuni untuk melakukan eksplorasi. Teknologi industri hulu migas di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara - negara lain khususnya dalam teknologi eksplorasi laut dalam. Selain itu, sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia masih kurang. Indonesia sebenarnya memiliki SDM yang cerdas dan pintar, namun kurangnya adalah pengalaman. Pengalaman merupakan pelajaran penting dimana eksplorasi deep water merupakan eksplorasi yang penuh dengan resiko besar sehingga dalm menjalankan fungsinya harus memiliki pengalaman khusus dibidang tersebut untuk menghindari adanya fatality ataupun kerugian. Dari segi keekonomisan pun biaya investasi yang dibutuhkan untuk mengeksplorasi tidak sedikit, dan jika ternyata terjadi dry hole maka investasi yang telah dilakukan menjadi tidak berarti.
Harga minyak kini memang menyebabkan proses eksplorasi menemukan cadangan baru menjadi terhambat. Hal ini menyebabkan juga pemboran eksplorasi menjadi lesu. Namun sebenarnya dengan melemahnya harga minyak harus terus dimanfaatkan oleh kita. Melemahnya harga minyak menyebabkan perusahaan yang menyediakan rig merasa dirugikan. Sehingga penyedia rig harus menurunkan harga sewa agar perusahaan masih mau menggunakan jasanya. Hal ini menyebabkan biaya jasa dan sewa rig pengeboran yang ditawarkan industri bisa dipangkas. Hal ini dapat dimanfaatkan dimana perusahaan dapat melakukan pemboran sumur dan ketika harga minyak mulai naik perusahaan tidak harus melakukan pemboran perusahaan tinggal membuka kran nya untuk memproduksikan. Oleh karenanya dalam rangka meningkatkan cadangan Migas di Indonesia banyaknya tantangan yang ada pada kegiatan industri hulu Migas. Para pelaksana diwajibkan berpikir
out of the box dan dituntut terus berinovasi namun ekstra hati – hati, terlebih ditengah turunya harga minyak yang membuat harus memutar otak untuk terus mampu menemukan dan menghasilkan Migas untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Referensi:
- SKK Migas. 2016.Laporan Tahunan SKK Migas 2016. Jakarta: SKK Migas
- SKK Migas. 2016.Buletin SKK Migas #42 Oktober 2016. Jakarta: SKK Migas
- Society of Petroleum Engineers. 1997. Guidelines for the Evaluation of Petroleum Reserves and Resources. United State of America: SPE